Sejarah Situs Kampung Naga
Kampung
Naga berada di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya yang
merupakan pusat pengembangan potensi budaya yang terjadi di Kampung Naga
merupakan ciri kesederhanaan dan ketaatan akan budaya sendiri sedangkan praktek
pembangunannya sendiri mempunyai wawasan lingkungan yang futuristik, baik
secara fisik, sosial, ekonomi maupun budaya
Menurut
Bupati Tasikmalaya, merasa kagum terhadap masyarakat Kampung Naga karena disana
telah ditanam kultur masyarakat yang tidak pernah meminta kepada pemerintah
melainkan bagaimana berbuat kepada orang lain karena kekagumannya itu beliau
mengeluarkan satu buah buku yang berjudul Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya
karena Prof. Dr Ahman Sah. Terdapat tempat-tempat larangan yaitu : 2 hutan
larangan, sebelah Timur dan Barat, tempat ini tidak boleh dimasuki oleh
seorangpun kecuali pada waktu upacara atau berziarah. Ada satu buah bangunan
yang dianggap keramat yaitu “Bumi Ageung” yaitu tempat pelaksanaan rutinitas
upacara adat, tempat ini tidak boleh dimasuki kecuali oleh Ketua Adat.
Hari
yang diagungkan masyarakat Kampung Naga diantaranya hari Selasa, Rabu dan
Sabtu.
Pada
bulan Syafar tidak boleh melaksanakan upacara adat atau berziarah. Dalam
pembangunan rumah-rumah diatur sedemikian rupa yaitu dengan membujur Timur
Barat menghadap ke Selatan, setiap rumah harus saling berhadapan untuk menjaga
kerukunan antar warga. Praktek pembangunannya pun mempunyai wawasan lingkungan
yang futuristik, baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun budaya.
Letak Geografis
Pada
Sub Bab ini kami mohon maaf karena data yang kami peroleh tidak lengkap, kami
hanya batas wilayahnya saja diantaranya sebelah Timur adalah Sungai Ciliwung,
sebelah Barat adalah bukit kecil, sebelah Utara dan Selatan adalah saluran
kecil.
Sejarah terbentuknya Kampung Naga
Berdasarkan
penelitian yang kami lakukan, kami tidak mendapat informasi apapun tentang
Kampung Naga karena kami datang pada hari yang Tabu dimana hari tersebut
diharamkan untuk menceritakan sejarah Kampung Naga. Namun kami tetap mencari
informasi dari beberapa para pengunjung yang datang tidak pada hari yang
diharamkan atau tabu. Menurut informasi dari para pengunjung yang telah kami
dapatkan sehingga kami berkesimpulan bahwa pertama kalinya Kampung Naga
terbentuk dengan datangnya suku Badui dari daerah Banten, kedatangannya karena
diusir oleh kepala suku Badui Banten yang kemudian singgah di Salawu Desa
Neglasari dan mendirikan pemerintahan sendiri atau otonomi sendiri dan diberi
nama Kampung Naga.
Silsilah atau Keturunan di Kampung Naga
Salah
satu budaya atau larangan yang berkaitan erat dengan keturunan adalah
pernikahan, dimana setiap warga Kampung Naga yang sudah cukup umur untuk
menikah tidak boleh menikah dengan orang dari daerah lain. Mengapa begitu?
Karena menurut kebudayaan Kampung Naga hal itu bisa menimbulkan adanya
kesenjangan sosial dan bisa membuka celah-celah era globalisasi yang dapat
merusak kepribadian atau adat-adat yang masih ada di Kampung Naga, yang masih
sangat lekat dengan budaya gotong royong, hormat menghormati, dan mengutamakan
kepentingan golongan diatas kepentingan pribadi. Dalam sistem kekerabatan di
masyarakat, mengambil garis keturunan ayah (Patrilineal).
Sistem Kemasyarakatan
Sistem
kemasyarakatan disini lebih terfokus kepada sistem atau lembaga-lembaga
pemerintahan yang ada di Kampung Naga. Ada dua lembaga yaitu :
1.
Lembaga Pemerintahan
a. RT
dijabat oleh Bapak Isman
b. RK
dijabat oleh Bapak Okim
c.
Kudus dijabat oleh Bapak Dedi
2.
Lembaga Adat
a.
Kuncen dijabat oleh Bapak Ade Suherlin yang bertugas sebagai pemangku adat dan
memimpin upacara adat dalam berziarah.
b.
Punduh pejabat oleh Bapak Ma’mun
c.
Lebe dijabat oleh Bapak Ateng yang bertugas mengurusi jenazah dari awal sampai
akhir sesuai dengan syariat Islam.
Sistem Bahasa
Dalam
berkomunikasi warga Kampung Naga mayoritas menggunakan bahasa Sunda Asli, hanya
sebagian orang dalam arti yang duduk di pemerintahan. Adapula yang bisa
berbahasa Indonesia itupun masih terlihat kaku dalam pengucapannya.
Sistem Pendidikan
Tingkat
Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai jenjang pendidikan
sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi itupun hanya minoritas. Kebanyakan pola pikirnya masih pendek sehingga
mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya pulang kampung
juga. Dari anggapan tersebut orang tua menganggap lebih baik belajar dari
pengalaman dan dari alam atau kumpulan-kumpulan yang biasa dilakukan di mesjid
atau aula
Pengaruh Hindu Budha
Pengaruh
Hindu Budha masih tetap ada dan terlihat sampai sekarang contohnya pada saat
acara-acara khusus selalu menggunakan kemenyan yang bisa menimbulkan asam
Pengaruh Islam
Pengaruh
Islam masih sangat jelas sekali dan masih paling banyak contohnya dilihat dari
segi pakaian, tingkat peribadatan dan tempat peribadatan
Hari-hari Raya
Dalam
kurun waktu satu tahun terdapat enam kali upacara adat atau hari raya
(berziarah), diantaranya,
1.
Bulan Muharam untuk menyambut datangnya Tahun Baru Hijriah
2.
Bulan Maulud untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW
3.
Bulan Jumadil Akhir untuk memperingati pertengahan bulan Hijriah
4.
Bulan Nisfu Sya’ban untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan
5.
Bulan Syawal untuk menyambut datangnya Idul Fitri
6.
Bulan Zulhijah untuk menyambut datangnya Idul Adha
Kesenian
Terdapat
tiga pasangan kesenian di Kampung Naga diantaranya :
1.
Terebang Gembrung yang dimainkan oleh dua orang sampai tidak terbatas biasanya
ini dilaksanakan pada waktu Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha serta kemerdekaan
RI. Alat ini terbuat dari kayu.
2.
Terebang Sejat, dimainkan oleh 6 orang dan dilaksanakan pada waktu upacara
pernikahan atau khitanan massal.
3.
Angklung, dimainkan oleh 15 orang dan dilaksanakan pada waktu khitanan massal
Sistem Bangunan /Arsitek
Bangunan-bangunan
yang ada di Kampung Naga berbentuk segitiga terdapat 111 bangunan dalam area
1,5 ha yang terdiri dari 108 rumah dan 3 bangunan tempat ibadah, selain itu
juga terdapat balai pertemuan dan lumbung padi (Leuit) untuk ukuran kami tidak
mendapatkan informasi tapi untuk bahan bangunannya menggunakan bilik-bilik,
kayu-kayu, dan lain-lain. Tidak menggunakan semen atau pasir. Semua bentuk,
ukuran, alat dan bahan bangunan semuanya sama hal ini menunjukkan adanya
keseimbangan dan keselarasan yang ada di daerah tersebut.
Sistem Perekonomian
Dalam
sistem perekonomian kami fokuskan kepada mata pencaharian dimana mata
pencaharian warga Kampung Naga bermacam-macam mulai dari pokok yaitu bertani,
menanam padi sedangkan mata pencaharian sampingannya adalah membuat kerajinan,
beternak dan berdagang.
Sistem Politik
Dalam
sistem politik kami tekankan pada pemilihan ketua adat yaitu dengan cara
bermusyawarah untuk mufakat dimana yang dijadikan kandidat yang akan duduk di
pemerintahan adalah orang-orang yang dianggap berpengalaman dan berpengetahuan
tinggi dalam bidang-bidang yang ada.